Judul: SIRKUS POHON
Cover Depan: Latar putih, bergambar para sirkus dengan pohon.
Jumlah Halaman: xvi + 410 (Isi Cerita: 383 halaman)
Jumlah Bab: 87
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Agustus 2017
Bahasa: Indonesia
Harga: Rp 79.000 (IDR 79k)
>.< >.< >.<
Harga: Rp 79.000 (IDR 79k)
>.< >.< >.<
Andrea Hirata baru saja meluncurkan buku ke-10nya berjudul SIRKUS POHON. Buku ini terbit setelah buku Ayah yang diterbitkan tahun 2015. Buku ini menggunakan latar kampung belitong di dalam ceritanya. Ciri khasnya Pak Cik Andrea :)
Di dalam bukunya menggunakan tokoh 'Aku' sebagai sudut pandang orang pertama, 'Aku' ini bernama Sobri atau lebih dikenal Hobri. Hobri tinggal di daerah Kampung di Tanjung Lantai, Belitung, dengan kondisi ekonomi menengah kebawah.
Hobri yang hanya memiliki ijazah SD, karena hanya bersekolah hingga tingkat kelas 2 SMP saja. Berumur 30an tahun, dan luntang-lantung masih mencari pekerjaan tetap dimana rata-rata pekerja tetap yang tersedia di daerahnya banyaklah "Minimal Ijazah SMA" sebagai syaratnya. Ini membuat Hobri sulit untuk mencari pekerjaan tetap. Adiknya terus menerus menginginkan Hobri memiliki pekerjaan tetap, karena image para pekerja pegawai tetap adalah: gaji bulanan tetap, mengenakan seragam, dan memiliki mandor/bos di dalam pekerjaannya.
Lalu,, jiwa Hobri sendiri semakin terpacu mencari kerja saat dia jatuh cinta dengan Dinda. Dia ingin mencari pekerjaan tetap untuk menikahi dan hidup bersama Sang Pujaan hatinya itu. Ingin mengenakan seragam di depan Dinda, dan bekerja dengan datang pagi, dan pulang sore untuknya.
Buku ini mengisahkan tidak hanya mengenai Hobri saja, tapi tentang sebuah Sirkus yang sudah lama berdiri, dan anak pemilik sirkus, Tara, yang sibuk mencari cinta pertamanya selama bertahun-tahun. Anak itu mencari tanpa kenal lelah dan terus setia. Walaupun terasa cintanya tidak nyata karena hanya berupa khayalan saat dia kecil. Tapi tetap diperjuangkan. That's amazing things dalam buku ini. Hal lainnya yaitu mengenai perjuangan berdirinya sebuah sirkus dan antusiasme para masyarakat dengan kehadiran sebuah sirkus di desanya.
Disisipkan lebih banyak mengenai kisah Hobri dengan sahabatnya, Taripol seorang pencuri ulung yang pernah mengkhianati dan memanfaatkan Hobri, namun dia ingin percaya padanya lagi.
Banyak kisah dalam buku ini tentang rumah tangga yang rentak sehingga berimbas pada orang-orang yang ditinggalkan termasuk anak-anaknya. Salah satunya kisah Tegar, dia memperjuangankan dan mempertahankan hidup demi ibu dan adiknya dengan meneruskan bengkel peninggalan Ayahnya, dan mencari pundi-pundi rupiah untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.
Andrea Hirata bahkan menuliskan kisah secara gamblang mengenai pemilihan menjadi kepala desa yang penuh dengan intrik politik agar dapat memenangkan hati masyarakat, dan masih adanya kepercayaan mistis masyarakat terhadap benda-benda aneh yang dipercaya mampu memberikan keberhasilan di dalam hidup mereka, seperti kepercayaan pada sebuah pohon yang tidak sengaja tumbuh kokoh, dapat memberikan keajaiban seperti jodoh, kesehatan dan hal lainnya.
Pada novel ini tidak di jelaskan dengan detail bagaimana keindahan belitong, lebih terpusat pada isi ceritanya. Novel Sirkus Pohon ini masih tercium khas-khas Andrea Hirata seperti buku-buku sebelumnya, yaitu sosok ayah yang pendiam dan dikagumi anaknya, perusahaan Timah, persahabatan dan Belitong. Semacam ciri khasnya Andrea Hirata di dalam buku-bukunya.
Buku ini mengajarkan bahwa, apapun pekerjaanmu.. jalanilah dengan baik. Syukuri, dan kerjakan dengan hati yang bahagia. Tentang kesetiaan terhadap pasangan dan menerima dengan baik, persahabat, kepercayaan dan bertahan hidup.
Di dalam bukunya menggunakan tokoh 'Aku' sebagai sudut pandang orang pertama, 'Aku' ini bernama Sobri atau lebih dikenal Hobri. Hobri tinggal di daerah Kampung di Tanjung Lantai, Belitung, dengan kondisi ekonomi menengah kebawah.
Hobri yang hanya memiliki ijazah SD, karena hanya bersekolah hingga tingkat kelas 2 SMP saja. Berumur 30an tahun, dan luntang-lantung masih mencari pekerjaan tetap dimana rata-rata pekerja tetap yang tersedia di daerahnya banyaklah "Minimal Ijazah SMA" sebagai syaratnya. Ini membuat Hobri sulit untuk mencari pekerjaan tetap. Adiknya terus menerus menginginkan Hobri memiliki pekerjaan tetap, karena image para pekerja pegawai tetap adalah: gaji bulanan tetap, mengenakan seragam, dan memiliki mandor/bos di dalam pekerjaannya.
Lalu,, jiwa Hobri sendiri semakin terpacu mencari kerja saat dia jatuh cinta dengan Dinda. Dia ingin mencari pekerjaan tetap untuk menikahi dan hidup bersama Sang Pujaan hatinya itu. Ingin mengenakan seragam di depan Dinda, dan bekerja dengan datang pagi, dan pulang sore untuknya.
Buku ini mengisahkan tidak hanya mengenai Hobri saja, tapi tentang sebuah Sirkus yang sudah lama berdiri, dan anak pemilik sirkus, Tara, yang sibuk mencari cinta pertamanya selama bertahun-tahun. Anak itu mencari tanpa kenal lelah dan terus setia. Walaupun terasa cintanya tidak nyata karena hanya berupa khayalan saat dia kecil. Tapi tetap diperjuangkan. That's amazing things dalam buku ini. Hal lainnya yaitu mengenai perjuangan berdirinya sebuah sirkus dan antusiasme para masyarakat dengan kehadiran sebuah sirkus di desanya.
Disisipkan lebih banyak mengenai kisah Hobri dengan sahabatnya, Taripol seorang pencuri ulung yang pernah mengkhianati dan memanfaatkan Hobri, namun dia ingin percaya padanya lagi.
Banyak kisah dalam buku ini tentang rumah tangga yang rentak sehingga berimbas pada orang-orang yang ditinggalkan termasuk anak-anaknya. Salah satunya kisah Tegar, dia memperjuangankan dan mempertahankan hidup demi ibu dan adiknya dengan meneruskan bengkel peninggalan Ayahnya, dan mencari pundi-pundi rupiah untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.
Andrea Hirata bahkan menuliskan kisah secara gamblang mengenai pemilihan menjadi kepala desa yang penuh dengan intrik politik agar dapat memenangkan hati masyarakat, dan masih adanya kepercayaan mistis masyarakat terhadap benda-benda aneh yang dipercaya mampu memberikan keberhasilan di dalam hidup mereka, seperti kepercayaan pada sebuah pohon yang tidak sengaja tumbuh kokoh, dapat memberikan keajaiban seperti jodoh, kesehatan dan hal lainnya.
Pada novel ini tidak di jelaskan dengan detail bagaimana keindahan belitong, lebih terpusat pada isi ceritanya. Novel Sirkus Pohon ini masih tercium khas-khas Andrea Hirata seperti buku-buku sebelumnya, yaitu sosok ayah yang pendiam dan dikagumi anaknya, perusahaan Timah, persahabatan dan Belitong. Semacam ciri khasnya Andrea Hirata di dalam buku-bukunya.
Buku ini mengajarkan bahwa, apapun pekerjaanmu.. jalanilah dengan baik. Syukuri, dan kerjakan dengan hati yang bahagia. Tentang kesetiaan terhadap pasangan dan menerima dengan baik, persahabat, kepercayaan dan bertahan hidup.
"Tuhan menciptakan tangan seperti tangan adanya, kaki seperti kaki adanya, untuk memudahkan manusia bekerja" - Novel Sirkus Pohon Hal. 37